Langsung ke konten utama

Mengendalikan Amarah



Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita menemui suatu problema yang memicu emosi yang akan membuat kita marah.
Pada umumnya, kemarahan seringnya dilakukan dalam bentuk perbuatan yang diharamkan seperti pembunuhan, pemukulan dan berbagai kejahatan yang melampaui batas. Terkadang dalam bentuk perkataan yang diharamkan seperti tuduhan palsu, mencela dan perkataan keji lainnya.
Sebagai seorang muslim, saat dalam keadaan marah maka berusahalah untuk menahannya, karena salah satu cirri orang yang bertakwa adalah orang yang dapat menahan amarahnya.
Dalam Al-Qu’an Allah SWT berfirman :
 “Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).

Orang muslim haruslah  menjadi kuat. Kuat disini bukan berarti kuat secara fisik. Tetapi orang yang kuat menahan marahnya dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup ini.

“ Orang kuat itu bukanlah orang yang kuat bergulat, tetapi sebenarnya orang kuat itu adalah orang yang dapat menahan marahnya” ( HR. Bukhari Muslim)

Dan dalam hadist lainnya :

عَن أَبِي هُرَيْرَة قَال : أَنَّ رَجُلاً قَال لِلنَّبِيّ ( : أَوْصِنِي ، قَال : لَا تَغْضَبْ ، فَرَدَّدَ مِرَاراً ، قال : لاَ تَغْضَبْ ) . رواه البخاري [صحيح البخاري:ج5/ص2267 ح5765]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu- bahwa ada seseorang yang berkata kepada nabi-shallallahu 'alaihi wa sallam-: "Berikan aku wasiat/nasehat" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jangan kamu marah, kemudian nabi mengulangnya beberapa kali, dan beliau berkata: Jangan marah." (HR. al-Bukhori juz.5 hal.2267 no hadits: 5765)
Berbahagialah bagi orang yang punya kesadaran untuk menahan amarahnya, bukan tidak boleh marah tapi tahan sekuat-kuatnya
Imam AL-Ghazali dalam kitab ihya’ ulumuddin menuliskan marah itu adalah salah satu pintu masuknya setan, jika setan telah masuk kepada diri kita maka setan akan mudah menghasut kita untuk melakukan kemaksiatan atau hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.
 Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mangajarkan cara-cara menghilangkan kemarahan, diantaranya adalah:
1.      Membaca ta’awudz ketika marah.
Al Imam Al Bukhari dan Al Imam Muslim rahimakumullah meriwayatkan hadits
عن سليمان بن صرد قال : (اسْتَبَّ رَجُلاَنِ عِنْدَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَجَعَلَ أَحَدُهُمَا تَحْمَرُّ عَيْنَاهُ وَتَنْتَفِخُ أَوْدَاجُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنِّى لأَعْرِفُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا هَذَا لَذَهَبَ عَنْهُ الَّذِى يَجِدُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ) . متفق عليه
Dari Sulaiman bin Shord berkata: "ada dua orang yang saling memaki di hadapan rasulullah -SAW- dan mulailah salah satu dari keduanya memerah matanya dan tampak urat lehernya maka rasulullah -SAW- pun bersabda: Sungguh aku mengetahui sebuah kalimat yang kalau seandainya orang ini membacanya niscaya akan hilang darinya apa yang sedang dia hadapi: aku berlindung kepada Allah dari syaithan terkutuk." (Muttafaq 'alaihi)
2.      Dengan duduk
Apabila dengan ta’awudz kemarahan belum hilang maka disyariatkan dengan duduk, tidak boleh berdiri.

( إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الغَضَبُ وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ). رواه أحمد [( 5/ 152 )وضعفه الألباني في السلسلة الأحاديث الضعيفة رقم: 6664]

"Apabila salah satu dari kalian marah dalam keadaan berdiri maka duduklah, maka jika telah hilang kemarahannya (dengan cara itu) dan jika tidak maka hendaklah dia berbaring." (HR. Ahmad 5/152, dan haditsnya di-dho'if-kan oleh syaikh al-Albani di dalam ad-Dho'ifah nya no hadits: 6664)
Hal ini karena marah dalam berdiri lebih besar kemungkinannya melakukan kejelekan dan kerusakan daripada dalam keadaan duduk. Sedangkan berbaring lebih jauh lagi dari duduk dan berdiri.
3.      Tidak bicara.
إِذَا غَضَبْتَ فَاْسكُتْ ، وَإِذَا غَضَبْتَ فَاْسكُتْ ، وَإِذَا غَضَبْتَ فَاْسكُتْ
Dalam hadits disebutkan :“Apabila diantara kalian marah maka diamlah.” Beliau ucapkan tiga kali. (HR. Ahmad).
Banyak berbicara dalam keadaan marah membuat tidak terkontrol sehingga terjatuh pada pembicaraan yang tercela dan membahayakan dirinya dan orang lain.
4.      Berwudhu
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : ”Sesungguhnya marah itu dari syaithan dan syaithan itu dicipta dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila diantara kalian marah berwudlulah.” (HR. Ahmad dan yang lainnya dengan sanad hasan).
5.    Shalat


Jangan biarkan kita berada di tempat yang memancing kemarahan dan jika kita sudah marah sebaiknya kita bertaubat kepada Allah swt. 



Amarah tidak mutlak seratus persen terlarang karena amarah itu bagian dari karunia Allah swt. Yang harus kita ketahui amarah bagaimana yang bisa membawa barokah dan amarah bagaimana yang bisa mendatangkan musibah.
Sebagai muslim berhati-hatilah mengendalikan diri, jangan sampai terperangkap sifat marah yang akan menjerumuskan kita pada dosa dan kehinaan baik dalam pandangan Allah SWT maupun manusia.
Maka wajib bagi setiap muslim menempatkan nafsu amarahnya terhadap apa yang dibolehkan oleh Allah SWT tidak melampaui batas terhadap apa yang dilarang sehingga nafsu dan syahwatnya menyeret kepada kemaksiatan, kemunafikan apalagi sampai kepada kekafiran. Kesempatan baik ini untuk melatih diri kita menghilangkan sifat pemarah dan berupaya menjadi orang yang tidak mudah marah.
Ketika kita melihat agama Allah direndahkan dan dihinakan, maka kita harus marah karena Allah terhadap pelakunya. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam tidak pernah marah jika celaan hanya tertuju pada pribadinya dan beliau sangat marah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang dibenci Allah maka Beliau tidak diam, beliau marah dan berbicara.
Ketika kita melihat kemungkaran terjadi kita berhak marah dan mencegah kemungkaran tersebut.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Do'a Rabithah-Persatuan

Allahumma innaka ta'lamu anna hadzihil qulub, qadijtama-at 'alaa mahabbatik, wal taqat 'alaa tha'atik, wa tawahhadat 'alaa da'watik, wa ta ahadat ala nashrati syari'atik. Fa watsiqillahumma rabithataha, wa adim wuddaha, wahdiha subuulaha, wamla'ha binuurikal ladzi laa yakhbu, wasy-syrah shuduroha bi faidil imaanibik, wa jami' lit-tawakkuli 'alaik, wa ahyiha bi ma'rifatik, wa amitha 'alaa syahaadati fii sabiilik... Innaka ni'mal maula wa ni'man nashiir. Artinya : Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa sesungguhnya hati-hati kami ini, telah berkumpul karena cinta-Mu, dan berjumpa dalam ketaatan pada-Mu, dan bersatu dalam dakwah-Mu, dan berpadu dalam membela syariat-Mu. Maka ya Allah, kuatkanlah ikatannya, dan kekalkanlah cintanya, dan tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah ia dengan cahaya yang tiada redup, dan lapangkanlah dada-dada dengan iman yang berlimpah kepada-Mu, dan indahnya takwa kepada-Mu, dan hidupkan ia dengan ma...

Bersihkan Hati dari Iri dan Dengki

Rasa iri memiliki arti yakni merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain. Sedangkan dengki (hasad) lebih parah lagi yakni menurut Imam Al-Ghazali,   adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu. Iri dan d engki merupakan penyakit hati yang sering bersarang pada diri manusia. Yang namanya penyakit tentu saja harus kita hindari atau kita obati.  Karena jelas akan merugikan si penderita penyakit ini. Misalnya saja saat tetangga kita membeli mobil baru atau kulkas baru, awalnya hanya muncul rasa iri lalu lama-kelamaan menjadi dengki dalam hati kita, karena kita tidak senang akan apa yang teman kita peroleh, dan agar nikmat itu hilang, tak jarang kita tularkan kepada orang lain. Kita katakan bahwa barang-barang yang ia miliki diperoleh lewat jalan yang tidak benar. Ada juga yang mencibir, menebar fitnah, dsb. Sehingga akan merusak persaudaraan dan menyebabkan permusuhan. Begitulah saat kita mem...

New Normal ala Muslim?

Dihadapkan dengan situasi pandemik yang tak kunjung usai, maka pemerintah mengeluarkan tatanan hidup baru atau disebut dengan New Normal.  Kunci dari suksesnya program ini tidaklah lepas dari kedisiplinan, islam adalah agama yang mengajarkan kedisiplinan dari awal kehidupan seseorang. Berikut tatanan  new normal  yang disandingkan dengan hidup sebagai muslim sejati. Pertama , Tidak hanya rajin mencuci tangan tapi senantiasa rajin berdzikir untuk selalu mengingat Allah SWT. Kedua , Tidak hanya jaga jarak dengan sesama manusia tapi senantiasa jaga jarak dari maksiat dan hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT. Ketiga , Tidak hanya tingkatkan imun tapi senantiasa tingkatkan iman  agar selalu dijaga dan diperhatikan oleh Allah SWT. Keempat , Tidak hanya selalu gunakan masker saat keluar rumah tapi senantiasa gunakan pakaian yang menutup aurat. Kelima , Tidak hanya mentaati protokol kesehatan tapi senantiasa mentaati syariat dari Allah SWT. Bagi ...